Selasa, 17 Desember 2013

Teori Akuntansi-Konsep Pendapatan.Nendi Nefendi.UNSWAGATI

BAB II
PEMBAHASAN


PENGANTAR
Urutan yang logis setelah pembahasan aset dan kewajiban adalah ekuitas karena ketiganya merupakan elemen neraca. Pendapatan dan biaya dibahas terlebih dahulu sebelum ekuitas karena merupakan penyebab penting perubahan ekuitas yang berasal dari kegiatan operasi perusahaan dan pembentuk statemen laba rugi yang menentukan laba perusahaan. Konsep dasar upaya dan hasil menyatakan bahwa hasil dan capaian harus diperoleh dengan upaya atau bukan sebaliknya capaian dulu baru capaian menanggung biaya.jadi, tidak adda capaian tanpa upaya. Konsep dan hasil mempunyai implikasi bahwa pendapatan dihasilkan oleh biaya. Artinya, hanya dengan biaya pendapatan dapat tercipta dan bukan sebaliknya pendapatan menanggung biaya.
Walaupun demikian, secara teknis akuntansi, pendapatan biasanya diukur lebih dahulu dan baru kemudian biaya yang diperkirakan menghasilkan pendapatan tersebut diukur sehingga laba dapat ditentukan dengan tepat. Seperti aset dan kewajiban, pembahasan pendapatan meliputi pengertian, pengukuran, pengakuan dan penilaian. Masalah teoritis pendapatan dapat dilukiskan dalam gambar berikut.














2.1    DEFINISI PENDAPATAN
Berbagai sumber mamaknai pendapatan kurang kebih sama walaupun dengan variasi yang berbeda. Dalam SFAC No. 6 FASB mendefinisikan pendapatan dan untung sebagai berikut :
Revenues are inflows or other enhancements of asset of an entity or setlements of its liabilities (or combination of both) from delivering or producing goods, rendering service, or other activities that constitute the entity’s ongoing major or central operations (prg 78).
Pendapatan adalah arus masuk atau perangkat tambahan lain aset dari suatu entitas atau penyelesaian kewajiban (atau kombinasi keduanya) dari pengiriman atau produksi barang, jasa render, atau kegiatan lainnya yang merupakan operasi yang sedang berlangsung oleh entitas besar atau pusat (prg. 78)
Gains are increasea in equity (net assets) from peripheral or incedental transaction of an entity and from all other transaction and other events and circumstances affecting the entity except those that result from revenues or invesment by owners (prg 82).
Keuntungan adalah kenaikan ekuitas (aktiva bersih) dari transaksi perifer atau insidental dari suatu entitas dan dari semua transaksi lain dan peristiwa lain dan keadaan yang mempengaruhi entitas kecuali yang dihasilkan dari pendapatan atau investasi oleh pemilik (prg 82).
Paton dan Littleton (1970) mengkarakterisasi pendapatan sebagai berikut :
Revenues is the product of enterprise, masured by amount of new assets received from customer; ... Steted in terms of asset the revenue of the enterprise in presented, finally, by the flow of fund from the customer or patrons in exchange for the product of the business, either commodities or service (hlm. 47-47).
Pendapatan adalah produk dari perusahaan, diukur dengan jumlah aset baru yang diterima dari pelanggan, ... dinyatakan dalam hal aset pendapatan dari perusahaan diwakili, akhirnya, oleh aliran dana dari pelanggan atau pelanggan dalam pertukaran untuk produk bisnis, baik komoditas atau jasa (hlm, 47-47)
Dalam Standar Akuntansi Keuangan (2002), IAI mengadopsi definisi pendapatan dari IASC yang menempatkan pendapatan (revenue) sebagai unsur penghasilan (income) sebagai berikut :
Income is increase in economic benefits during the accounting period in the form inflows or enhancement of assets or decreases of liabilities that result in increase in equity, other than those relating to equity participants (hlm. 17).
Penghasilan adalah kenaikan manfaat ekonomi selama periode akuntansi dalam bentuk arus masuk atau perangkat tambahan aset atau penurunan kewajiban yang mengakibatkan kenaikan ekuitas, selain yang berkaitan dengan peserta ekuitas (hlm. 17)
The definition of income acompasses both revenue and gains. Revenue arises on the course of the ordinary activitiesof an enterprise and is referred to by a variety of different names including sales, fees, interests, dividends, royalties, and rents (hlm. 18).
Definisi penghasilan ecompasses baik pendapatan dan keuntungan. Pendapatan timbul dalam rangka kegiatan normal perusahaan dan disebut dengan berbagai nama yang berbeda termasuk penjualan, biaya, bunga, dividen, royalti, dan sewa (hlm.18)
Gains represent other items that meet the definition of income and may, or may not, arise in the course of the ordinary activities of an enterprise. Gaints represent increase in economic benefit and as such are no different in nature from revenues. Hense, they are not regarded as constituting a separate element in this framework (hlm. 18).
Keuntungan merupakan item lainnya yang memenuhi definisi penghasilan dan mungkin, atau tidak mungkin, timbul dalam perjalanan dari aktivitas normal perusahaan. Keuntungan merupakan kenaikan manfaat ekonomi dan dengan demikian tidak berbeda di alam dari pendapatan. Oleh karena itu, mereka tidak dianggap sebagai merupakan elemen yang terpisah dalam kerangka kerja ini (hlm. 18)
Definisi-definisi di atas memisahkan antara pengertian dan pengakuan sehingga tidak ada yang menjukkan kriteria pengakuan. Sementara itu, APB (1970) mendefinisikan pendapatan dengan memasukkan kriteria pengakuan sebagai berikut (APB Statement No 4 prg 134) :
Revenue-gross increase in assets or gross decreases in liabilities recognized and measured in confirmity with generally accepted accounting principles that result from those types of profit-directed activities of an enterprise that can cange owners’ equity.
Pendapatan - kenaikan bruto dalam aset atau penurunan bruto dalam kewajiban yang diakui dan diukur sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum yang dihasilkan dari jenis-jenis laba-kegiatan diarahkan kegiatan perusahaan yang dapat mengubah ekuitas pemilik.

2.2    KARAKTERISTIK PENDAPATAN
Dari beberapa definisi di atas dapat didaftar karakteristik karakteristik atau kata kata kunci yang membentuk pengertian pendapatan dan untung. Yang membentuk pengertian pendapatan dan untung adalah :
1.    Aliran masuk atau kenaikan aset
2.    Kegiatan yang mempresentasi operasi utama atau sentral yang menerus.
3.    Pelunasan, penurunan, atau pengurangan kewajiban.
4.    Suatu entitas
5.    Produk perusahaan
6.    Pertukaran produk
7.    Menyandang beberapa nama atau mengambil beberapa bentuk.
8.    Mengakibatkan kenaikan ekuitas.
Beberapa karakteristik di atas dikatakan merupakan turunan/konsekuensi dsari atau dikandung secara implisit oleh kata kunci yang lain. Karakteristik (3) sampai (8) sebenarnya merupakan penjabaran atau konsekuensi dari ketiga karakteristik sebelumnya. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa karakteristik (1) dan (2) merupakan karakteristik konsekuensi, pendukung, atau penjelas.

1.    Kenaikan Aset
Paton dan Litleton (1970:47) menyebutkan bahwa aset dapat bertambah karena berbagai transaksi, kejadian, atau keadaan sebagai berikut:
a.    Transsaksi pendanaan yang berasal dari kreditor dan investor.
b.    Laba yang berasal dari kegiatan investasi, misalnya penjualan aset tetap, surat berharga, segmen bisnis, dan anak perusahaan.
c.    Hadiah, donasi atau temuan
d.    Revaluasi aset yang telah ada.
e.    Penyediaan dan/atau penyerahan produk (barang dan jasa)
Untuk disebut sebagai pendapatan, aliran aset masuk adalah jumlah rupiah kotor. FASB mengisyaratkan jumlah kotor dengan menyatakan bahwa pendapatan adalah jumlah rupiah yang datang dari p-enyerahan produk atau pelaksanaan jasa. (IASC) menunjuk jumlah kotor dengan menyebutkan bahwa jumlah rupiah pendapatan dapat berupa penjualan, imbalan jasa, bunga, dividen, royalitas, dan sewa.
Pendefinisian pendapatan sebagai kenaikan aset merupakan pendefinisian dengan konsep aliran masuk. Konsep ini mempunyai kelemahan karena pendapatan dianggap baru ada setelah transaksi penjualan terjadi.dengan kata lain pendapatan timbul karena peristiwa atau transaksi pada saat tertentu dan bukan karena proses selama suatu periode. Kelemahan lain adalah definisi ini mengacaukan pengukuran dan penentuan saat pengakuan dengan proses penciptaan pendapatan.  IAI harus membatasi bahwa kenaikan aset tersebut adalah yang menaikkan ekuitas kecuali yang berasal dari transaksi dengan pemilik.konsep ka\enaikan aset mengalami masalah dalam hal aliran masuk yang berupa pembayaran di muka yang berasal dari pelanggan. Walaupun pembayaran semacam ini merupakan bagian dari operasi utama perusahaan, pada kenyataannya aliran masuk tersebut tidak atau belum dianggap pendapatan. Demikian juga, walaupun penjualan kredit menimbulkan piutang usaha, piutang sering dianggap buakan suatu aliranmasuk aset.

2.    Operasi Utama Berlanjut
    Tidak semua kenaikan aset di atas membentuk pendapatan. Kegiatan utama atau sentral yang menerus atau berlanjut merupakan karakteristik yang membatasi kenaikan yang dapat disebut pendapatan. Kenaikan aset harus berasal dari kegiatan operasi dan bukan kegiatan investasi dan pendanaan. Kegiatan operasi ini diwujudkan dalam bentuk memproduksi dan mengirimkan berbagai barang kepada pelanggan atau menyerahkan atau melaksanakan berbagai jasa.
Pengertian operasi utama menunjukkan kegiatan sebagaimana pengertian operasi dalam klasifikasi kegiatan yang membentuk statemen aliran kas yaitu, operasi, investasi, dan pendanaan. Akan tetapi, pendapatan atau untung yang tidak berasal dari operasi utama dengan sendirinya lalu dapat disebut sebagai pos nonoperasi.
a.    Operasi dan Non-operasi
Produk yang dihasilkan secara tidak rutin atau insidential sering dianggap sebagai pos pendapatan “non-operasi” dan dipisahkan penyajiannya. Pembedaan memang perlu tetapi mengklasifikasinya sebagai  non-operasi dapat menyesatkan dalam pengukuran kinerja atau daya melaba perusahaan.
Paton dan Litleton (1970) berpendapat bahwa pemisahan laba atau rugi sebagai pos operasi dan non-operasi hanya dapat dibenarkan kalau laba atau rugi sebagai pos operasi tesebut benar benar luar biasa dan berkaitan dengan tujuan perusahaan utama hanya secara sangat kebetulan saja. Jadi, istilah “non-operasi” kurang deskriptif untuk mengklasifikasikan beberapa pendapatan atau untung yang sebenarnya masuk dalam pengertian operasi dalam arti luas. Bila tidak bersifat luar biasa, pos-pos tersebut lebih tepat dilaporkan sebagai pendapatan lain-lain dan untung (other revenue and gains).

3.    Penurunan Kewajiban
    Hal ini terjadi bila suatu entitas telah mengalami kenaikan aset sebelumnya misalnya menerima pembayarn di muka dari pelanggan penerimaan ini bukan merupakan pendapatan karena perusahaan belum melakukan prestasi yang menimbulkan hak penuh atas aset yang diterima. Oleh karena itu, jumlah rupiah yang diterima biasanya diperlukan sebagai pendapatan tekterhak atau pendapatan tangguhan yang statusnya adalah kewajiban sampaiada prestasi dari perusahaan berupa pengirimkan barang atau pelaksanaan jasa. Pengiriman barang atau pelaksanaan jasa akan mengurangi kewajiban yang menimbulkan pendapatan. Kejadian itu mengubah kewajiban menjadi pendapatan.

4.    Suatu Entitas
Dimasukkan kata entitas atau perusahaan dalam definisi mengisyaratkan bahwa konsep kesatuan usaha dianut dalam pendefinisian. Pendapatan didefinisikan sebagai kenaikan aset bukannya kenaikan ekuitas bersih. Jadi, aset yang masuk itulah yang disebut pendapatan. Aset tersebut dikuasai oleh perusahaan. Akan tetapi, karena hubungan perusahaan dengan pemilik merupakan hubungan utang-piutang, pada saat aset naik sebagai pendapatan utang perusahaan kepada pemilik juga naik dengan jumlah yang sama. Hal ini mengisyaratkan bahwa konsep kesatuan usaha dianut dalam pendefinisian. Karena pendapatan didefinisikan sebagai kenaikan  aset bukan kenaikan ekuitas.

5.    Produk Perusahaan
Paton dan Littleton menyatakan bahwa pendapatan adalah produk perusahaan. Di sini pendapatan didefinisikan secara fisis bukan moneter. Definisi ini juga netral terhadap saat pengakuan. Aliran aset dari pelanggan berfungsi hanya sebagai pengukur tetapi bukan pendapatan itu sendiri; produk fisis yang dihasilkan oleh kegiatan usaha itulah pendapatan. Pengertian semacam ini sesuai dengan konsep upaya dan capaian (efford and accomplishment) yaitu pendapatan merupakan capaian upaya produktif perusahaan. Produk merupakan capaian dari tiap kegiatan produktif. Dengan pengertian ini, pendapatan terbentuk atau terhimpun bersamaan dengan atau selama kegiatan produktif tanpa harus menunggu kejadian atau saat penyerahan produk kepada pelanggan.
Ada dua aliran yang berkaitan dengan pendapatan yaitu aliran fisis dan moneter. Pendapatan merupakan aliran masuk aset (unit moneter dan hal tersebut berkaitan dengan aliran fisis berupa penyerahan produk (output) perusahaan. Dalam hal ini, Kam (1990, hlm. 237) mempertanyakan apakah pendapatan itu objek atau kejadian. Untuk menjawab hali tersebut, Kam merinci lebih lanjut kedua aliran tersebut yaitu:
a.    Aliran fisis berupa :
•    Kejadian memproduksi dan menjual produk
•    Objek, yaitu produk fisis itu sendiri.
b.    Aliran moneter berupa :
•    Kejadian menaiknya nilai aset perusahaan karena produksi atau penjualan produk ke konsumer.
•    Objek, yaitu jumlah rupiah aset atau produk yang dihasilkan atau dijual.

6.    Pertukaran
Ini dikarenakan pendapatan akhirnya harus dinyatakan dalam satuan moneter untuk dicatat dalam sistem pembukuan. Satuan moneter yang paling objektif adalah kalau jumlah rupiah tersebut merupakan hasil transaksi atau pertukaran antara pihak independen.

7.    Berbagai bentuk dan Nama
Pendapatan adalah konsep yang bersifat generik dan mencakupi semua pos dengan berbagai bentuk dan nama apapun. Pendapatan untuk perusahaan perdagangan misalnya disebut dengan penjualan.


Untung
IAI dan APB tidak membedakan untung dan pendapatan dan keduanya digabung dalam konsep penghasilan. Kata kunci yang melekat pada untung adalah :
1.    Kenaikan ekuitas (aset bersih) dan;    2. Transaksi periferal atau insidental.
1.    Selain yang berupa pendapatan atau investasi oleh pemilik.
Dari ketiga karakteristik di atas, yang paling membedakan dengan pendapatan adalah karakteristik (2) sebagai lawan dari operasi utama. Karakteristik (akibat konsep kesatua usaha). Tidak ada petunjuk bahwa kenaikan aset yang menyebabkan kenaikan ekuitas (akibat konsep kesatuan usaha). Tidak ada petunjuk bahwa kenaikan aset yang menyebabkan kenaikan ekuitas tersebut merupakan jumlah kotor atau bersih. Jadi, untung dapat merupakan jumlah kotor atau jumlah bersih. Karakteristik (3) juga merupakan karakteristik pendapatan karena untuk disebut pendapatan kenaikan aset harus bukan berasal dari transaksi dengan pemilik (investasi oleh pemilik). Karena secara konseptual dan essensial karakteristik pendapatan tidak berbeda dengan untung. IAI dan APB tidak memandang untung sebagai elemen tersendiri dan didefinisi secara formal. APB memandang untung semata-mata merupakan klasifikasi pendapatan dalam penyajian statemen laba-rugi. Menurut APB, pendapatan dapat berasal dari penjualan aset selain produk perusahaan.
FASB membedakan antara untung dan pendapatan karena adanya karakteristik sumber yang dapat dibedakan dengan operasi utama. Karakteristik sumber dari untung itu sendiri adalah :
a.    Periferal dan insidental: misalnya penjualan investasi dalam surat-surat berharga, penjualan aset tetap, pelunasan utang obligasi sebelum jatuh tempo.
b.    Transfer nontimbal-balik (nonreciprocal transfer) dengan pihak lain : misalnya hadiah dan donasi (bagi organisasi nonprofit) dan penerimaan ganti rugi pemenangan tuntutan perkara hukum.
c.    Penahanan aset (holding asset) : misalnya kenaikan harga sekuritas investasi, kenaikan nilai tukar valuta asing, dan kenaikan karena penahanan sediaan (holding gains)
d.    Faktor lingkungan : misalnya ganti rugi asuransii musibah alam yang melebihi kos aset yang rusak.
FASB sendiri mengakui bahwa pembedaan tersebut sebenarnya lebih dimaksudkan untuk kepentingan penyajian pendapatan atas dasar sumbernya daripada untuk membedakan secara tegas karakteristik antara pendapatan dan untung.
(Sumber Suwardjono, 2005 : 351-362).


2.3    PEMBENTUKAN dan REALISASI PENDAPATAN
Pengakuan adalah pencatatan jumlah rupiah secara resmi ke dalam sistem akuntansi sehingga jumlah tersebut terefleksi dalam statemen keuangan. Pengertian atau definisi pendapatan harus dipisahkan dengan pengakuan pendapatan bahkan pengertian pendapatan sebenarnya juga harus dipisahkan dengan pengukuran pendapatan. Dengan demikian, suatu jumlah yang memenuhi definisi pendapatan tidak dengan sendirinya jumlah tersebut diakui (dicatat secara resmi) sebagai pendapatan.
Pendapatan sebagai produk perusahaan tidak mengisyaratkan berapa jumlahnya dan berapa harus dicatat tetapi lebih mengisyaratkan berapa jumlahnya dan kapan harus dicatat tetapi lebih mengisyaratkan bahwa pendapatan memang ada atau terwujud, definisi tersebut lebih difokuskan pada eksistensi pendapatan.
Pengakuan pendapatan tidak boleh menyimpang dari landasan konseptual. Oleh karena itu, secara konseptual pendapatan hanya dapat diakui kalau memenuhi kualitas keterukuran (measurability), dan keterandalan (reliability). Kualitas tersebut harus diopersionalkan dalam bentuk kriteria pengakuan pendapatan. Sebagai produk perusahaan, kriteria keterukuran berkaitan dengan masalah berapa jumlah rupiah produk tersebut dan kriteria keterandalan berkaitan dengan masalah apakah jumlah tersebut objektif serta dapat diuji kebenarannya. Kedua kriteria harus dipenuhi untuk pengakuan pendaptan. Pendapatan yang diukur dengan jumlah penghargaan sepakatan produk yang terjual baru akan menjadi pendapatan yang sepenuhnya setelah produk selesai diproduksi dan penjualan benar-benar terjadi. Dengan kata lain, pendapatan belum terealisasi sebelum terjadinya penjualan yang nyata ke pihak lain. Sebaliknya, terjadinya kontrak penjualan belum cukup untuk menandai eksistensi pendapatan sebelum barang/jasa sudah cukup selesai dikerjakan atau diserahkan kepada pelangan. Dengan kata lain, pendapatan belum terbentuk sebelum perusahaan melakukan upaya produktif.  Untuk menjabarkan kriteria kualitas informasi menjadi kriteria pengakuan pendapatan, perlu dipahami dua konsep penting yaitu pembentukan pendapatan dan realisasi pendapatan.
a.    Pembentukan Pendapatan (Earning Process)
Pembentukan pendapatan adalah suatu konsep yang berkaitan dengan masalah kapan dan bagaimana sesungguhnya pendapatan itu timbul dan menjadi ada. Dengan kata lain, apakah pendapatan itu timbul dari keadaan produktif atau karena kejadian tertentu. Konsep ini menyatakan bahwa pendapatan terbentuk , terhimpun atau terhal bersamaan dan dengan melekat pada seluruh atau totalitas proses berlangsungnya operasi perusahaan dan bukan sebagai hasil transaksi tertentu. Konsep dasar ini sering disebut pendekatan proses pembentukan pendapatan atau pendekatan kegiatan.
Pendekatan ini dilandasi oleh konsep dasar upaya dan hasil capaian serta kontiuitas usaha. Biaya merepresentasikan upaya dan pendapatan merepresentasikan capaian. Karena tujuan perusahaan adalah menciptakan laba, manajemen atau pengusaha mengharapkan diharapkan bahwa pendapatan selalu lebih besar dari biaya. Tanpa harapan adanya kelebihan tersebut orang tidak bersedia melakukan usaha secara sengaja dan senang hati. Laba merupakan imbalan untuk tenaga, pikiran, serta risiko yang ditanggung pengusaha atau perusahaan.
Pendekatan ini juga dilandasi oleh konsep homogenesitas kos yaitu bahwa semua tahap kegiatan atau unsur di dalamnya (direpresentasikan) mempunyai kedudukan atau arti penting yang sama dalam menghasilkan pendapatan (Paton dan Littleton 1970 : 67 dalam Suwardjono, 2005 : 364).
Implikasi dari konsep ini adalah semua tahap kegiatan memberi sumbangan dalam penciptaan pendapatan yang secara proporsional sama dengan besarnta kos. Jadi, begitu kos suatu objek biaya terjadi, pendapatan dapat dianggap terbentuk sehingga laba juga terbentuk.








b.    Realisasi Pendapatan
Kosep realisasi pendapatan:

Menurut konsep ini, pendapatan baru dikatakan terjadi atau terbentuk pada saat terjadi kesepakatan atau kontrak dengan pihak independen untuk membayar produk baik produk telah selesai dan diserahkan atau belum dibuat sama sekali. Dengan kata lain, pendapatan terbentuk pada saat produk selesai dikerjakan dan terjual langsusng atau pada saat terjual atas dasar kontrak penjualan (barang mungkin belum jadi atau belum diserahkan). Berdasarkan konsep, pendapatan sebenarnya terjadi akibat transaksi tertentu yaitu transaksi penjualan atau kontrak sehingga sebelum transaksi atau kontrak tersebut terjadi pendapatan belum terjadi atau terbentuk.
Konsep penghimpunan dan realisasi pendapatan sangat penting artinya dalam pengakuan pendapatan. Berdasarkan konsep dasar upaya dan hasil, konsep penghimpunan pendapatan secara konseptual lebih unggul dan lebih konsisten daripada konsep realisai bila dikaitkan dengan definisi pendaptan secara umum, karena didukung oleh konsep dasar upaya dan hasil serta konsep homogenitas kos. Konsep realisasi lebih berkaitan dengan masalah pengukuran pemdapatan secara objektif dan lebih bersifat kriteria pengakuan daripada bersifat makna pendapatan. Konsep realisasi atau pendekatan transaksi lebih menekankan kejadian yang dapat menandai pengakuan pendapatan yaitu :
1.    Kejadian perubahan produk menjadi potensi jasa lain melalui proses penjualan yang sah atau semacamnya.
2.    Penguatan atau validassi transaksi penjualana tersebut dengan diperolehnya aset lancar.
Dari kedua kejadian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa proses realisasi merupakan koonfirmasi proses penghimpunan dana.

2.4    PENGAKUAN PENDAPATAN
Kriteria Pengakuan Pendapatan
Pendapatan baru dapat diakui setelah suatu produk selesei diproduksi dan penjualan benar-benar telah terjadi yang ditandai dengan penyerahan barang. Dengan kata lain, pendapatan belum dapat dikatakan ada dan diakui sebelum ada penjualan yang nyata. Hal ini didasarkan pada gagasan bahwa pengakuan suatu jumlah rupiah dalam akuntansi harus didasarkan pada konsep dasar keterukuran dan reliabilitas; jumlah rupiah harus cukup pasti dan ditentukan secara objektif oleh pihak independen.
Sebaliknya, terjadinya kontrak penjualan belum cukup untuk mengakui pendapatan sebelum barang atau jasa sudah cukup selesai dikerjakan walaupun jumlah rupiah pendapatan telah terealisasi karena belum ada upaya yang membentuk pendapatan. Atas dasar konsep kesatuan usaha, tidak ada pendapatan tanpa upaya. Tanpa upaya yang cukup pendapatan belum dapat diakui. FASB mengajukan dua kriteria pengakuan pendapatan (dan untung) yang keduanya harus dipenuhi yaitu (SFAC No. 5, prg. 83):
a.    Terealisasi atau cukup pasti terealisasi
Pendapatan dikatakan terealisasi bilamana produk telah terjual atau ditukarkan dengan kas atau klai atas kas. Dan dikatakan cukup pasti terealisasi bilamana aset berkaitan yang diterima atau ditahan mudah dikonversi menjadi kas atau klaim atas kas yang cukup pasti jumlahnya.


b.    Terbentuk atau terhak
Pendapatan dikatakan dapat terbentuk bila mana perusahaan telah melakukan secara substansial kegiatan yang harus dilakukan untuk dapat menghaki manfaat atau nilai yang melekat pada pendapatan.
Walaupun kedua kriteria harus dipenuhi, bobot pentingnya untuk suatu kegiatan tertentu dapat berbeda artinya dalam keadaan tertentu perhimpun menjadi lebih kritis daripada realisasi dan sebaliknya. Terbentuknya pendapatan, tidak selalu harus mendahului realisasi pendapatan, dapat terjadi pendapatan sebelum realisasi terbentuk. Kam (1990) mengemukakan kriteria pengakuan secara teknis. Pendapatan baru dapat diakui kalau dipenuhi syarat-syarat berikut :
1.    Keterukuran nilai asset (measurability of asset value)
2.    Adanya suatu transaksi (existence of a transaction)
3.    Proses perhimpunan secara substansial telah selesai
Syarat (1) dan (2) telah dicakupi dalam kriteria dari FASB. Agar dapat dikatakan terealisasi pendapatan memang harus diukur secara objektif dan hal tersebut pada umunya dapat dicapai setelah adanya transaksi penjualan atau kontrak. Syarat (1) berkaitan dengan masalah apakah aliran masuk asset harus bersifat likuid dan bila pendapatan dalam bentuk piutang apakah ketertagihan (collectability) cukup pasti sehingga jumlah rupiah pendapatn yang dicatat benar merefleksi jumalh rupiah yang akhirnya diterima. Dengan demikian pengukkuran pendapatan sangat andal. Syarat (3) tidak berbeda dengan kriteria b dari FASB. (Sumber Suwardjono, 2005 : 362-369)


2.4.1    Saat Pengakuan Pendapatan
Masalah kapan suatu pendapatan dapat diakui berkaitan dengan saat (timing) pengakuan pendapatan itu sendiri. Ada beberapa gagasan mengenai hal ini :
a.    Pada Saat Kontrak Penjualan
Dapat terjadi ketika perusahaan telah menandatangani kontrak perusahaan dan bahkan sudah menerima kas untuk seluruh nilai kontrak tetapi perusahaan belum mulai memproduksi barang. Pendapatan sudah terealisasi tetapi belum terbentuk karena hanya satu kriteria yang terpenuhi dan tidak dapat diakui sebagai pendapatan. Sementara itu, pembayaran dimuka harus diakui sebagai kewajiban sampai barang atau jasa diserahkan kepada pembeli, biasanya dalam jangka waktu kurang dari satu tahun. Pada umumnya, perlakuan semacam ini berlaku untuk perusahaan yang memproduksi barang konsumsi dan jarak antara penandatangan kontrak dan penyerahan barang cukup pendek (kurang dari satu tahun).
b.    Selama proses produksi secara bertahap
Dalam industri tertentu, pembuatan produk memerlukan waktu yang cukup lama. Misalnya dalam industri konstruksi bangunan. Biasanya produk semacam itu diperlakukan sebagai projek dan dilaksankan atas dasar kontrak sehingga pendapatan terealisasi untuk seluruh periode kontrak tetapi mungkin belum cukup terbentuk pada akhir tiap periode akuntansi. Dalam hal ini, pengakuan pendapatan dapat dilakukan secara bertahap (per periode akuntansi) sejalan dengan kemajuan proses produksi atau sekaligus pada saat projek selesai dilakukan. Yang pertama disebut metode persentase penyelesaian, sedangkan yang terakhir disebut metode kontrak selesai.
Permasalahan teoritis yang kemudian dapat terjadi jika seluruh pendapatan diakui dengan memakai metode kontrak selesai, akan terjadi kemungkinan terjadi ketidakseimbangan volume pendapatan dan kegiatan produksi antar tahun. Masalah juga timbul kalau perusahaan tidak memperlakukan tiap kontrak sebagai projek dan mengakui pendapatan pada saat produk diserahkan tanpa mengakumulasi kos yang berkaitan dengan produk sehingga penandingan yang tepat tidak tercapai.
Suatu alternatif untuk memecahkan masalah di atas adalah penggunaan projek atau angkatan produksi sebagai wadah atau takaran penentuan dan pelaporan laba bukannya periode waktu. Sebagai alternatif lain, perusahaan dapat mengakui pendapatan secara bertahap dan tetap menggunakan periode sebagai takaran penghitung laba.
Persentase kemajuan fisis produk bukan merupakan proporsi yang tepat untuk dasar pengukuran pendapatan yang harus diakui karena persentase tersebut belum tentu menunujukkan persentase penyerapan kos kecuali kenyataannya memang demikian. Demikian juga, jumlah rupiah kas yang telah diterima atas dasar termin pembayaran kontrak tidak dapat dijadikan basis untuk menentukan pendapatan yang harus diakui. Walaupun kontrak konstruksi menetapkan adanya harga yang pasti, hasil pekerjaan belum pasti sehingga kos bagi perusahaan kontraktor juga tidak pasti. Karena hal inilah pengukuran pendapatan dengan metode kontrak selesai lebih umum digunakan.

Masalah yang yang timbul dari pengakuan selama proses produksi ini adalah :
1.    Akresi. Yaitu pertambahan nilai akibat pertumbuhan fisis atau prose alamiah lainnya. Per definisi, akresi memenuhi pengertian pendapatan karena aset jelas telah bertambah dan banyaknya tambahan fisis tersebut dapat ditentukan secara objektif. Tapi yang terjadi sekarang adalah pendapatan sudah terbentuk tapi belum terealisasi.  Untuk merealisasikan pertambahan tersebut nilai tersebut, proses produksi masih diperlukan dan masih diikuti dengan perubahan aset menjadi aset lancar baru. Oleh karena itu, tidak selayaknya karesi dianggap sebagai pendapatan.
2.    Apresiasi. Yaitu, selisih “nilai pasar wajar” aset perusahaan dengan kos (atau nilai buku aset terdepresiasi). Dibandingkan akresi, apresiasi lebih kurang memenuhi definisi pendapatan karena tidak berkaitan langsung dengan operasi perusahaan tetapi lebih berkaitan dengan kondisi pasar.
3.    Penghematan Kos. Penghematan kos sering dikenal dengan potongan pembelian. Hal ini bukanlah suatu pendapatan, kalau pembelian dilakukan dengan cara bijaksana, yang terjadi yang terjadi hanyalah bahwa kos akan menjadi lebih rendah dibandingkan dengan pembelian biasa. Memang benar bahwa efisiensi dan keberuntungan dalam pembelian akan mempunnyai pengaruh terhadap labayang akhirnya diperoleh. Akan tetapi, diperolehnya laba tersebut masih menunggu realisasi penjualan.

c.    Pada saat produk selesai
Pengakuan semacam ini setara dengan pengakuan pendapatan metode kontrak selesai. Pengakuan pendapatan atas dasar saat produk selesai diproduksi dapat dianggap layak untuk industri ekstraktif (pertambangan) termasuk pertanian. Bahan dasar hasil produksi biasanya memiliki harga yang sudah pasti. Kondisi ini memungkinkan untuk menaksir dengan cukup tepat nilai jual yang dapat direalisasi suatu sediaan barang jadi ada pada tanggal tertentu, sehingga kedua kriteria pengakuan dianggap dapat terpenuhi.
Walaupun dasar pengakuan pendapatan atas dasar produk selesai mempunyai alasan logis dan kuat untuk industri ekstraktif, namun penggunaannya secara umum kurang dapat diterima.  Kegiatan produksi yang tanpa ada penguatan dari penjualan dengan harga yang disepakati tidak dapat selalu dijadikan penguji yang objektif dan menentukan untuk dasar pencatatan dan pengakuan pendapatan. Statemen keuangannya juga menuntut penjelasan (pengungkapan) yang jelas mengenai kondisi yang melandasi penyimpangan dari standar umum (Penjualan).
Kalau sudah ada kontrak penjualan sebelumnya, tidak ada masalah dengan pengakuan pendapatan pada saat produksi selesai karena pendapatan sudah terealisasi dan pada saat produk selesai pendapatan secara subtansial sudah terbentuk. Pengakuan ini setara dengan metoda kontrak-selesai Namun bila belum ada kontrak penjualan sebelumnya hanya kriteria terbentuk yang terpenuhi. Dan hal seperti ini keberatan untuk dikatan sebagai pendapatan.

d.    Pada saat penjualan
Pengakuan ini merupakan dasar yang paling umum karena pada saat penjualan kriteria penghimpunan dan realisasi telah terpenuhi. Kriteria terealisasi telah terpenuhi karena telah ada kesepakatan pihak lain untuk membayar jumlah rupiah pendapatan secara objektif. Dengan demikian, saat penjualan merupakan saat yang kritis dalam operasi perusahaan. Transaksi penjualan mengakibatkan masuknya aset baru ke dalam perusahaan (kas atau piutang) untuk:
•    Menutup kos (potensi jasa) yang terserap untuk melaksanakan kegiatan produksi yang berkulminasi dengan penyerahan produk.
•    Menyediakan dana sebagai imbalan untuk pembayaran pajak kepada pemerintah, bunga kepada kreditor, dan dividen kepada pemegang saham.
Kendati saat penjualan menjadi standar umum pengakuan pendapatan, terdapat beberapa hal yang sering diajukan sebagai keberatan terhadap dasar tersebut. Hal pertama yaitu berkaitan dengan kepastian pengukuran pendapatan akibat kos purna jual dan masalah kedua adalah adanya kemungkinan retur barang. Akhirnya kemungkinan akan ada piutang tak tertagih, sehingga piutang tidak dapat dijadikan bukti terealisasinya pendapatan.
Masalah pengakuan saat penjualan :
1.    Kembalian dan potongan tunai
Adanya hak pengembalian tidak menghalangi pengakuan pendapatan pada saat penjualan. FASB menyatakan bahwa suatu perusahaan menjual produknya dengan hak mengembalikan maka pendapatan dapat diakui pada saat penjualana kalau syarat-syarat berikut terpenuhi (SFAS No. 48 prg.6) :
-    Harga jual cukup pasti
-    Pembeli sudah membayar kepada penjual
-    Kewajiban membayar oleh pembeli tidak berubah dalam hal terjadi penculikan atau kerusakan fisis produk.
-    Pembeli benar-benar ada secara substantif
-    Penjual tidak mempunyai kewajiban yang material untuk melakukan tindakan di masa datang yang secara langsung menjadikan pembeli mampu menjual produk bersangkutan
-    Jumlah rupiah kembalian dapat ditaksir secara layak.
Adanya potongan tunai tidak menghalangi pengakuan pendapatan pada saat penjualan. Masalah yang timbul tidak berkaitan dengan pengakuan pendapatan tetapi berapa jumlah rupiah pendapatan harus dicatat.

2.    Kos purna-jual
    Masalah yang paling pelik dan sulit adalah masalah yang bersangkutan dengan penyesuaian yang diperlukan untuk mengakui pengaruh kegiatan yang mungkin akan terjadi setelah penjualan dan harus dibebankan terhadap penjualan tersebut. Prosedur yang umum dilakukan untuk mengantisipasi kos semacam itu adalah mendebit jumlah rupiah yang sama ke dalam satu akun cadangan melalui penyesuaian akhir tahun.

3.    Kerugian piutang
Keberatan lain terhadap dasar penjualan adalah pendapat yang menyatakan bahwa piutang bukanlah merupakan bukti yang efektif terhadap realisasi pendapatan. Alasannya, piutang bukan merupakan sarana yang dapat digunakan sebagai alat pembayaran sehingga kurang tepat digunakan sebagai pengukur pendapatan. Masalah kerugian piutang dapat diatasi dengan perlakuan yang sama seperti kos purna jual, yaitu dengan membentuk cadangan kerugian piutang. Dengan demikian pendapatan disajikan dalam statemen sejumlah piutang yang benar-benar dapat direalisasi.

4.    Transaksi penjualan
Secara umum, penjualan adalah transaksi pertukaran barang atau jasa hasil produksi perusahaan dengan kas atau klaim atas kas. Secara teknis, transaksi penjualan adalah transaksi pertukaran aset secara aktual bukan transaksi kontrak itu sendiri. Penjualan dikatakan telah terjadi secara teknis bila produk (dan risiko yang melekat) telah ditransfer ke pembeli dan sebagai penghargaan penjual mendapat kas atau klaim atas kas.
Kontrak penjualan yang belum disertai transfer produk secara teknis belum dapat dikatakan sebagai transaksi penjualan betapapun perusahaan telah menerima uang muka. Namun, secara konseptual kontrak penjualan dapat dipandang sebagai realisasi pendapatan. Masalah lebih banyak terletak pada kriteria realisasi. Melalui PSAK No. 23, IAI membuat ketentuan dapat mengakui pendapatan dari penjualan barang sebagai berikut (Pasal 13 atau 38)24:
•    Perusahaan telah memindahkan risiko secara signifikan dan telah memindahkan manfaat kepemilikan barang kepada pembeli.
•    Perusahaan tidak lagi mengelola atau melakukan pengendalian efektif atas barang yang dijual.
•    Jumlah pendapatan tersebut dapat diukur dengan andal.
•    Besar kemungkinan manfaat ekonomi yang dibuhungkan dengan transaksi akan mengalir ke perusahaan tersebut.
Biaya yang terjadi atau yang akan terjadi sehubungan dengan transasksi penjualan dapat diukur dengan andal.

e.    Pada saat kas terkumpul
Pengakuan pendapatan pada saat kas terkumpul sebenarnya merupakan pengakuan pendapatan berdasarkan asas kas. Penerapan pengakuan berdasarkan kas paling banyak dijumpai pada perusahaan jasa dan perusahaan yang melakukan penjualan secara angsuran. Pengakuan dasar kas digunakan untuk transaksi penjualan yang barang atau jasanya telah diserahkan/dilaksanakn tetapi kasnya baru akan diterima secara berkala dalam waktu yang cukup panjang.
Alasan digunakannya dasar ini adalah adanya ketidakpastian tentang kolektabilitas atau ketertagihan piutang. Pendapatan suatu periode diakui secara proporsional atas dasar kas yang telah diterima dalam periode tersebut. Ini berarti, jumlah rupiah tagihan sejalan dengan kemajuan pekerjaan. Adapun hal-hal yang harus diperhatikan dalam pengakuan pendapatan pada saat kas terkumpul adalah:

    Jasa Dikonsumsi Dalam Jangka Pendek
Dalam perusahaan jasa seperti perusahaan angkutan dan bioskop, transaksi dilakukan dalam waktu yang relatif pendek. Penerimaan kas hampir bersamaan dan sejalan dengan penyerahan jasa. Ini berarti bahwa saat penerimaan kas atau penyerahan jasa dapat dijadikan pengujian untuk dasar pengukuran dan pengakuan pendapatan.

    Jasa Dikonsumsi Dalam Jangka Panjang
Di lain pihak, apabila jasa yang diberikan adalah kompleks dan baru akan selesai dalam periode yang relatif panjang seperti halnya penyewaan ruang, maka besar kemungkinan akan terjadi perbedaan yang mencolok antara jumlah rupiah pendapatan yang diakui dengan basis akrual dan basis kas.

    Argumen Pendukung
Validitas pengakuan pendapatan secara proporsional dengan penerimaan kas didasarkan atas tiga pertimbangan yang saling berkaitan, yaitu:
•    Seluruh atau sebagian piutang yang timbul bukan merupakan aset yang mempunyai daya beli murni (dapat dibelanjakan).
•    Makin lama jangka waktu untuk mengangsur makin besar kemungkinan piutang tidak tertagih.
•    Kos purna-jual, terutama kos penagihan dan pengumpulan piutang, biasanya lebih tinggi dibandingkan dengan kos purna jual untuk penjualan kredit (biasa).



    Alasan Penyanggah
Patton dan Litteton (1970) menegaskan bahwa pengakuan pendapatan dasar kas (untuk perusahaan jasa) kurang dapat didukung dengan alasan:
•    Tagihan (piutang) yang timbul akibat penyerahan jasa pada dasarnya mempunyai kedudukan yuridis yang sama dengan piutang yang timbul dari penjualan barang.
•    Belum tentu kegagalan untuk penerimaan peluanasan piutang dalam perusahaan jasa lebih besar daripada perusahaan barang dagang.
•    Dalam hal penerimaan pembayaran dimuka, kemungkinan terjadinya kerugian piutang memang sudah tidak ada lagi tetapi tidak berarti bahwa pendapatan sudah dapat diakui.
Jadi, pada dasarnya pengakuan pendapatan atas penerimaan kas hanya berlaku untuk jasa profesi yang mempunyai karakteristik: (1) jasa bersifar unik dan tidak dapat ditentukan secara jelas dan pasti pada permulaan pekerjaan, dan (2) jumlah pendapatan total yang harus ditagih tergantung pada hasil pekerjaan yang bersangkutan.

    Prosedur Akuntansi Dasar Kas
Patton dan Litteton (1970) menggambarkan prosedur akuntansi untuk mencapai penandingan yang tepat sebagai berikut:
•    Pada saat kontrak penjualan angsuran dan pengiriman seluruh barang, perusahaan mencatat sebagai berikut:
Pengiriman Barang-Dasar Kas    xxx
Sediaan Barang Dagangan        xxx
Jumlah di atas dicatat atas dasar kos. Piutang angsuran dicatat secara memorial (tidak dijurnal). Pengiriman barang-dasar kas mempunyai status sebagai aset perusahaan (semacam barang konsinyasi).
•    Bila perusahaan menerima uang muka atau angsuran, penerimaan dicatat sebagai:
Kas            xxx
Penjualan-Dasar Kas        xxx
Seluruh jumlah rupiah kas yang telah diterima dari penjualan dalam suatu periode yang tampak dalam saldo akun Penjualan-Dasar Kas yang merupakan pendapatan yang diakui dan dilaporkan dalam periode tersebut.
•    Pada akhir periode harus diperhitungkan kos produk yang dapat dibebankan secara tepat (sebagai biaya) ke pendapatan dasar kas tersebut. Jurnal yang harus dibuat pada akhir tahun adalah:
Cost Barang Terjual-Dasar Kas    xxx
Pengiriman Barang-Dasar Kas    xxx

•    Kalau ternyata ada akhir periode terdapat penjualan yang sudah diterima kasnya tetapi barang belum dikirim maka cost barang tersebut harus ditaksir dan ditambahkan ke kos barang terjual dasar kas. Jurnal yang harus dibuat pada akhir periode adalah:
Cost Barang Terjual-Dasar Kas        xxx
Utang Pengiriman Barang-Dasar Kas        xxx
    Dalam neraca, pos Pengiriman Barang-Dasar Kas akan disajikan sebagai aset lancar sebesar kosnya dan pos Utang Pengiriman Barang-Dasar Kas dapat dilaporkan sebagai kewajiban atau dikontrakan dengan pos Pengiriman Barang-Dasar Kas.

    Biaya Administrasi dan Penjualan
Pada umumnya cost administrasi dan penjualan bukan merupakan cost yang dapat diperlakukan seperti cost sediaan yaitu tersediakan. Cost tersebut harus segera dibebankan ke pendapatan sebagai biaya periode. Dalam hal inilah pengakuan pendapatan atas dasar kas menunjukkan kelemahannya. Sementara cost produk dapat diperhitungkan secara cukup teliti untuk ditandingkan dengan pendapatan dasar kas, biaya administrasi dan umum sangat sulit untuk dikaitkan dengan pendapatan tersebut.

2.4.2    Saat Pengakuan Penjualan Jasa
Pengakuan pendapatan dari penjualan jasa secara umum mengikuti pemikiran yang melandasi pengakuan pendapatan untuk penjualan barang. Masalah teoritis yang dihadapi lebih banyak menyangkut kriteria realisasi daripada pembentukan pendapatan. Yang sering sulit ditentukan adalah mengenali kejadian atau kegiatan yang menandai bahwa penyerahan jasa telah terjadi dan selesai.
AICPA memberikan kaidah pengakuan umum untuk penjualan jasa sebagai berikut:
•    Kalau pemberian jasa terdiri atas pelaksanaan satu pekerjaan atau tindakan, pendapatan harus diakui pada saat pekerjaan tersebut telah dilakukan.
•    Kalau pemberian jasa terdiri atas pelaksanaan serangkain pekerjaan atau tindakan secara bertahap, pendapatan harus diakui selama periode pelaksanaan pekerjaan secara proporsional.
•    Kalau pemberian jasa terdiri atas pelaksanaan serangkaian pekerjaan atau tindakan secara bertahap, pendapatan dapat diakui pada saat seluruh pekerjaan telah selesai dilaksanakan bila kondisi berikut terpenuhi:
i.    Proporsi jasa yang dilaksanakan pada tahap akhir pekerjaan begitu kritisnya sehingga seluruh pekerjaan tidak dapat dikatakan selesai sebelum tahap akhir dilaksanakan.
ii.    Jasa harus diberikan dalam beberapa tahap yang tidak dapat ditetukan di muka selama waktu yang tidak pasti dan tidak ada cara yang cukup layak untuk menentukan tingkat penyelesaian pekerjaan.
•    Terdapat tingkat ketidak pastian yang tinggi berkenaan dengan ketertagihan atau kolektabilitas pendapatan jasa, pendapatan baru diakui setelah kas terkumpul.
Dalam PSAK No. 23, IAI menetapkan bahwa pengakuan pendapatan atas dasar kemajuan pelaksanaan merupkan ketentuan utama sedangkan kaidah lain merupakan pengecualian dari kaidah ini. IAI mengeksplisitkan asumsi atau kondisi yang melandasi keterterapan pengakuan atas dasar kemajuan pelaksanaan yaitu:
•    Jumlah pendapatan dapat diukur dengan andal.
•    Besar kemungkinan manfaat ekonomi sehubungan dengan transaksi tersebut akan diperoleh perusahaan.
•    Tingkat penyelesaian dari suatu transaksi pada tanggal neraca dapat diukur dengan andal.
•    Biaya yang terjadi untuk transaksi tersebut dan biaya untuk menyelesaikan transaksi tersebut dapat diukur dengan andal.




2.4.3    Pedoman Umum Pengakuan Pendapatan
FASB meringkas pedomam umum dalam SFAC No. 5 paragraf 84 sebagai berikut:
•    Kriteria terbentuk dan terealisasi biasanya dipenuhi pada saat produk diserahkan kepada konsumen.
•    Kalau kontrak penjualan atau penerimaan kas mendahului produksi atau pengiriman barang, pendapatan dapat diakui pada saat terhak dan pengiriman.
•    Kalau produk dikontrak sebelum diproduksi, pendapatan dapat diakui secara bertahap dengan metode persentase penyelesaian pada saat sudah terbentuk asalkan dapat diukur secara andal.
•    Kalau jasa diberikan atau hak untuk menggunakan aset berlangsung secara terus-menerus selama suatu periode dengan kontrak harga yang pasti, pendapatan dapat diakui bersamaan dengan berjalannya waktu.
•    Kalau produk atau aset lain dapat segera terealisasi karena dapat dijual dengan harga yang cukup pasti tanpa biaya tambahan berarti, pendapatan dan untung rugi dapat diakui pada saat selesainya produksi atau pada saat harga aset tersebut berubah.
•    Kalau produk, jasa atau aset lain ditukarkan dengan aset non moneter yang tidak segera dapat dikonversi menjadi kas, pendapatan atau untung rugi dapat diakui pada saat telah terhak atau transaksi telah selesai asalkan nilai wajar aset non moneter yang dapat ditentukan dengan layak.
•    Kalau ketertagihan aset yang diterima untuk produk, jasa, atau aset lain meragukan, pendapatan dapat diakui atas dasar kas yang terkumpul.
Prosedur Pengakuan
Kebijakan akuntansi perusahaan harus menetapkan kejadian atau kegiatan internal apa yang dapat digunkan sebagai pemicu pencatatan ke dalam sistem akuntansi.





Kegiatan Internal Sebagai Pemicu dan Bukti Pengakuan Pendapatan:
Kaidah Pengakuan    Kegiatan Internal yang Terlibat    Kegiatan Pemicu dan Bukti Pengakuan
1.    Pada saat kontrak penjualan.    Penandatanganan kontrak, penerimaan uang muka.    Pendapatan belum diakui. Surat kontrak dan penerimaan bukti setor bank sebagai dasar pencatatan uang muka.
2.    Selama proses produksi secara bertahap.    Penggunaan BB, BTKL, dan BOP. Pembayaran biaya Adm. Penagihan. Penyesuaian akhir tahun.    Penyiapan dan pengiriman surat penagihan. Penyesuaian akhir tahun atas dasar catatan akumulasi kos.
3.    Pada saat proses produksi selesai.    Pemindahan barang jadi dari pabrik ke gudang. Penyesuaian akhir tahun.    -    Belum ada kontrak : (1) penyerahan barang ke gudang disertai nota penerimaan, atau (2) penyesuaian akhir tahun.
-    Sudah ada kontrak: Penyerahan barang ke bagian gudang disertai nota penerimaan dan surat kontrak atau order pembelian.
4.    Pada saat penjualan.    Penerimaan order pembelian. Penerimaan uang muka. Pengiriman barang. Pengiriman faktur penjualan. Penerimaan nota terima barang dari pembeli.    -    Pengiriman barang disertai pengiriman faktus sesuai syarat.

-    Penerimaan nota terima barang didukung faktur dan order pembelian/penjualan.
5.    Pada saat kas terkumpul    Pengiriman surat tagihan angsuran. Penerimaan kas atau alat pembayaran lain. Penyesuaian akhir tahun.    Penerimaan kas didukung nota pembayaran atau bukti transfer. Penyesuaian akhir tahun atas dasar catatan kas yang terkumpul sampai akhir periode.


Penyajian
Masalah penyajian berkaitan dengan penyajian pendapatan adalah memisahkan antara pendapatan dan untung dan pemisahan berbagai sifat untung menjadi pos biasa dan luar biasa dan cara menuangkannya dalam statemen laba rugi.
(Sumber Suwardjono, 2005 : 369-392)

2.4.4    Pendapatan Menurut Bragg
Pendapat Bragg mengenai pengakuan pendapatan adalah sebagai berikut :
1.    Mengukur pendapatan untuk penjualan barang
Pendapatan diukur pada jumlah nilai wajar yang akan diteriuma, dengan memasukkan jumlah potongan harga dan rabat penjualan berdasarkan jumlah yang dibeli, yang diterima oleh entitas. Bila perusahaan dibayar secara tunai, jumlah pendapatan yang diakui adalah jumlah kas yang diterima atau piutang usaha.
2.    Mengukur pendapatan saat ada pembayaran yang ditangguhkan
Dalam hal pembayaran tunai yang ditangguhkan, jumlah nilai wajar dari penerimaan dapat dikurangi. Bila pembayaran tertunda secara efektif merupakan transaksi pendanaan, pendapatan harus diakui sebagai arus kas transaksi yang didiskontokan., dengan menggunakan tingkat bunga yang dapat ditentukan lebih jelas, yaitu (a) tingkat bunga yang berlaku untuk sebuah transaksi yang sama oleh entitas dengan sebuah peringkat kredit yang sama; atau (b) tingkat bunga yang mendiskontokan transaksi berdasarkan pada harga tunai saat ini dari barang atau jasa.
Apabila suatu transaksi didiskontokan untuk tujuan pengakuan pendapatan, maka selisih antara nilai wajar dan jumlah nilai nominal yang dibayarkan dicatat sebagai pendapatan bunga.

3.    Mengakui pendapatan dalam barter
Sebuah transaksi tidak menghasilkan pendapatan jika melibatkan pertukaran barang atau jasa yang sifat atau nilainya sama. Jika pertukarannya untuk barang atau jasa yang berbeda, transaksi ini menciptakan pendapatan; ini diukur pada nilai wajar dari nilai barang atau jasa yang diterima, sebagaimana telah diubah oleh jumlah uang tunai yang ditransfer. Jika nilai wajar dari barang atau jasa yang diterima tidak dapat diukur dengan andal, maka gunakan nilai wajar dari barang atau jasa yang diserahkan, sebagaimana telah diubah oleh jumlah uang tunai yang ditransfer.
4.    Kapan dapat diakui penjualan barang
Pendapatan dari penjualan barang dapat diakui bila seluruh kondisi berikut telah diakui :
a.    Jaminan manfaat. Manfaat ekonomi yang berhubungan dengan transaksi akan mengalir kepada entitas.
b.    Pengukuran biaya. Biaya yang berkaitan dengan transaksi tersebut dapat diukur secara andal.
c.    Pelepasan kepemilikan. Entitas tidak lagi memegang kendali manajemen atas barang yang dijual.
d.    Pengukuran pendapatan. Jumlah pendapatan yang diakui dapat diakui secara andal.
e.    Pemindahan risiko  dan manfaat. Semua risiko dan manfaat yang signifikan yang terkait dengan barang telah dialihkan kepada pembeli. Hal ini biasanya bertepatan dengan pengalihan hak-hak hukum atau kepemilikan kepada pembeli.

5.    Pengakuan pendapatan dalam transaksi penerimaan kas pada saat pengiriman.
Jika seorang penjual menjual barang berdasarkan syarat penerimaan kas pada saat pengiriman, maka perusahaan harus mengakui pendapatan ketika perusahaan mengirimkan barang dan menagih kas dari transaksi tersebut.

6.    Mengakui pendapatan dari penjualan langganan
Ketika penjual melakukan pengiriman publikasi dan barang yang sama kepada pembelian dengan perjanjian berlangganan, perusahaan biasanya mengakui pendapatan atas dasar garis lurus selama periode ketika barang tersebut diberikan. Namun, jika barang tersebut berbeda nilainya setiap periode, maka penjual harus mengakui pendapatan berdasarkan nilai penjualan masing-masing barang secara proporsional terhadap total estimasi nilai penjualan dari semua barang yang termasuk dalam berlangganan.

7.    Mengakui pembayaran uang muka
Pembeli dapat mengirimkan pembayaran penuh atau pembayaran sebagian kepada penjual sebelum pengiriman barang. Penjual mungkin belum memiliki barang dalam persediaan, barang tersebut mungkin masih dalam proses produksi, atau barang akan dikirim oleh pihak ketiga. Dalam keadaan ini, penjual tidak boleh mengakui pendapatan sampai barang diserahkan kepada pembeli.

8.    Mengakui penjualan angsuran
Pembeli dapat mengirimkan serangkaian pembayaran kepada penjual sebagai pertukaran untuk pengiriman barang yang segera dari penjual kepada pembeli. Dalam hal ini, penjual dapat mengakui pendapatan setelah diserahkan , namun jumlah yang diakui adalah nilai tunai dari seluruh pembayarn., dimana penjual menghitung dengan mendiskontokan pembayaran pada tingkat bunga yang diestimasikan. Penjual mengakui bagian bunnga dari pembayaran, yang menghitungnya dengan menggunakan metode bunga efektif pada saat menerimanya.

9.    Mengakui penjualan layaway
Penjualan layaway terjadi pada saat barang diserahkan kepada pembeli hanya ketika pembeli telah menyelesaikan pembayaran akhir dalam serangkaian pembayaran angsuran. Dalam sebuah penjualan layaway, penjualan mengakui pendapatan hanya jika pada saat perusahaan mengirimkan barang. Namun, jika pengalaman historis penjual menunjukkan bahwa sebagian besar transaksi layaway dikonversi menjadi penjualan, maka perusahaan dapat mengakui pendapatan pada saat perusahaan menerima setoran uang (deposit) yang signifikan, dengan ketentuan bahwa barang tersedia, teridentifikasi , dan siap untuk pengiriman.

10.    Mengakui transaksi Bill and Hold
Di dalam penjualan bill and hold, pembeli meminta supaya pengiriman ditunda, tetapi menerima tagihan dan mengambil hak atas barang tersebut. Penjual mengakui pendapatan pada saat pembeli mengambil hak dan kondisi berikut dipenuhi:
a.    Persyaratan pembayaran normal berlaku untuk transaksi.
b.    Pembeli mengakui intruksi penundaan pengiriman
c.    Ada kemungkinan bahwa pengiriman akan dilakukan.
d.    Barang barang teridentifikasi, tersedia, dan siap untuk pengiriman.
    Penjual tidak dapat mengakui pendapatan yang berkaitan dengan transaksi bill and hold jika hanya ada niat untuk memperoleh atau memproduksi barang dalam waktu pengiriman, sebagai kebalikan dari ketersediaan barang.

11.    Pengakuan penjualan jasa
Entitas dapat mengakui pendapatan sehubungan dengan pemberian jasa bila memenuhi segala kondisi berikut :
•    Pengukuran pendapatan. Jumlah pengakuan yang diakui dapat diukur secara andal.
•    Jaminan manfaat. Manfaat ekonomi yang terkait dengan transaksi akan mengalir kepada entitas.
•    Pengukuran penyelesaian. Tahap penyelesaian pada akhir periode pelaporan dapat diukur secara andal.
•    Pengukuran biaya. Biaya yang berkaitan dengan transaksi tersebut dapat diukur dengan andal, seperti biaya untuk dapat menyelesaikan.

12.    Cara menghitung pendapatan dari penjualan jasa
Hal hal yang perlu diperhatikan adalah :
•    Pengakuan garis lurus. Jika jasa yang diberikan termasuk jumlah tindakan yang tidak jelas sesama jangka waktu tertentu, pendapatan harus diakui dengan metode garis lurus selama perioda waktu yang ditentukan, kecuali beberapa metode lain yang menyajikan pemberian jasa yang lebih baik.
•    Aktivitas yang signifikan. Jika suatu aktivitas tertentu secara substansial lebih penting daripada kegiatanlainnya, maka suatu entitas harus menunda pengakuan pendapatan sampai kegiatan itu telah diselesaikan.
•    Estimasi yang tidak dapat diandalkan. Ketika entitas tidak dapat memperkirakan hasil dari jasa secara andal, perusahaan harus mengakui pendapatan hanya sejauhmana beban yang diakuidapat dipulihkan. Dalam hal ini, tidak ada laba yang diakui. Jika biaya yang terjadi tidak mungkin dipulihkan, maka perusahaan tidak mengakui pendapatan dan mengakui semua biaya yang terjadi sebagai beban.

13.    Mengakui Pendapatan Royalti
Pengakuan sesuai  dengan persyaratan perjanjian yang bersangkutan, kecuali substansi perjanjian menyerukan untuk metode yang berbeda. Dari perspektif praktis, pengakuan mungkin dengan dasar garis lurus selama juangka waktu perjanjian. Jika perjanjian adalah penyerahan hak dalam pertukaran untuk sebuah imbalan yang ditetapkan atau jaminan yang tidak dapat dikembalikan di mana pemberi lisensi tidak memiliki sisa liabilitas kinerja., pemberi lisensi tersebut dapat mengakui pendapatan pada saat penjualan. Jika pembayaran dengan perjanjian adalah kontingensi atas terjadinya peristiwa masa depan, pendapatan harus diakui apabila besar kemungkinan bahwa biaya atau royalti akan diterima. (Bragg, 2010 227-259)

1.    Pendapatan (IAS18/PSAK23)
No.    Keterangan    IAS 18    PSAK 23
1    Pengertian    Pendaptan (revenue) itu sendiri didefinisikan sebagi pendapatan yang timbul dari aktivitas normal suatu entitas—baik perseorang atau badan usaha yang melakukan aktivitas usaha—dalam berbagai varian, mungkin disebut:
1.    Penjualan;
2.    Fee;
3.    Bunga;
4.    Dividend;
5.    Royalti    -    Penghasilan (income) meliputi pendapatan (revenue) maupun keuntungan (gain).
-    Pendapatan adalah penghasilan yang timbul selama dalam aktivitas normal entitas dan dikenal dengan bermacam-macam sebutan yang berbeda seperti penjualan, penghasilan jasa (fees), bunga, dividen dan royalti.
2    Ruang lingkup    (a) penjualan barang;
(b) penjualan jasa; dan
(c) penggunaan aset entitas oleh pihak lain yang menghasilkan bunga, royalti, dan dividen.    (a) penjualan barang;
(b) penjualan jasa; dan
(c) penggunaan aset entitas oleh pihak lain yang menghasilkan bunga, royalti, dan dividen.
3    Istilah penting/ definisi    -    Nilai wajar adalah jumlah darimana suatu aset dapat dipertukarkan atau suatu liabilitas yang diselesaikan antara pihak-pihak yang berpengetahuan, berkeinginan dalam transaksi yang wajar.
-    Pendapatan (revenue) adalah arus masuk kotor dari imbalan ekonomis selama periode yang ditimbulkan dalam rangkaian aktivitas biasa dari suatu entitas apabila arus masuk menimbulkan kenaikan dalam ekuitas selain dari kenaikan yang terkait dari iuran peserta ekuitas.    -    Nilai wajar adalah jumlah dimana suatu aset dapat dipertukarkan atau suatu liabilitas diselesaikan antara pihak yang memahami dan berkeinginan untuk melakukan transaksi wajar (arm’s length transaction).
-    Pendapatan(income) adalah arus masuk bruto dari manfaat ekonomi yang timbul dari aktivitas normal entitas selama suatu periode jika arus masuk tersebut mengakibatkan kenaikan ekuitas, yang tidak berasal dari kontribusi penanam modal.
4    Pengukuran pendapatan    Pendapatan diukur atas dasar jumlah nilai wajar yang diterima atau ditagihkan dengan memperhitungkan jumlah potongan perdagangan dan volume rabat yang diperbolehkan suatu entitas.    Pendapatan diukur dengan nilai wajar imbalan yang diterima atau dapat diterima.
5    Pengidentifikasian transaksi    Dalam kondisi yang umum, kriteria standar pengakuan diterapkan terhadap setiap transaksi. Akan tetapi, dalam transaksi yang lebih kompleks, kriteria perlu diterapkan kepada kompomem suatu transaksi.    Pendapatan diukur dengan nilai wajar imbalan yang diterima atau dapat diterima.
6    Pendapatan atas penjualan barang    Pendapatan (revenue) dari penjualan barang harus diakui hanya bilamana seluruh kondisi ini terpenuhi :
a.    Risiko dan imbalan yang signifikan dari kepemilikan atas barang tersebut yang telah ditransfer oleh entitas kepada pembeli.
b.    Entitas tidak memiliki kendali yang efektif atas banrang sudah dijual atau tidak memiliki keterlibatan menajerial yang berkelanjutan hingga suatu tingkatan yang biasanya berhubungan denga kepemilikan.
c.    Jumlah pendapatan dapat diukur dengan andal
d.    kemungkinan besar imbalan secara ekonomi yang terkait dengan transaksi yang akan mengalir kepada entitas tersebut; dan
e.    biaya yang terjadi atau akan terjadi dalam kaitan dengan transaksi dapat diukur dengan andal.    Pendapatan dari penjualan barang diakui jika seluruh kondisi berikut dipenuhi:
a.    entitas telah memindahkan risiko dan manfaat kepemilikan barang secara signifikan kepada pembeli;
b.    entitas tidak lagi melanjutkan pengelolaan yang biasanya terkait dengan kepemilikan atas barang ataupun melakukan pengendalian efektif atas barang yang dijual;
c.    jumlah pendapatan tersebut dapat diukur dengan andal;
d.    kemungkinan besar manfaat ekonomi yang terkait dengan transaksi tersebut akan mengalir kepada entitas tersebut; dan
e.    biaya yang terjadi atau akan terjadi sehubungan transaksi penjualan tersebut dapat diukur dengan andal.
7    Pendapatan dari penyerahan jasa    Pendapatan (revenue) dari penyerahan jasa harus diakui melalui rujukan kepada tahap penyelesaian dari transaksi pada akhir periode pelaporan bilamana:
a.    Jumlah pendapatan (revenue) dapat diukur dengan andal.
b.    Kemungkinan bahwa imbalan ekonomis yang terkait dengan trasaksi akan mengalir ke dalam entitas.
c.    Tahapan penyelesaian dari transaksi pada akhir periode pelaporan dapat diukur dengan andal.
d.    Biaya yang terjadi atas transaksi dan biaya untuk menyelesaikan transakasi dapat diukur dengan andal    (Penjualan jasa);
Jika hasil transaksi yang terkait dengan penjualan jasa dapat diestimasi dengan andal, pendapatan sehubungan dengan transaksi tersebut harus diakui dengan acuan pada tingkat penyelesaian dari transaksi pada tanggal neraca. Hasil transaksi dapat diestimasi dengan andal jika seluruh kondisi berikut ini dipenuhi:
a.    jumlah pendapatan dapat diukur dengan andal;
b.    kemungkinan besar manfaat ekonomi sehubungan dengan transaksi tersebut dapat diperoleh entitas;
c.    tingkat penyelesaian dari suatu transaksi pada tanggal neraca dapat diukur dengan andal; dan
d.     biaya yang timbul untuk transaksi dan biaya menyelesaikan transaksi tersebut dapat diukur dengan andal.
8    Bunga, royalti, dan dividen    Pendapatan (revenue) yang timbul dari penggunaan aset entitas oleh pihak ketiga dan menghasilkan bunga, royalti dan deviden baru diakui bilamana :
a.    Dimungkinkan bahwa imbalan ekonomis yang terkait dengan transaksi akan mengalir kepada entitas.
b.    Jumlah pendapatan dapat diukur dengan andal

Pendapatan (revenue) harus diakui atas dasar sebagai berikut:
a.    Bunga harus diakui dengan menggunakan metode bunga efektif (IAS 39)
b.    Royalti harus diakui atas dasar akrual sesuai dengan syarat perjanjian yang relevan
c.    Dividen harus diakui bilamana pemegang saham berhak menerima pembayaran.    Pendapatan yang timbul dari penggunaan aset entitas oleh pihak lain yang menghasilkan bunga, royalti, dan dividen diakui atas dasar yang dijelaskan dalam paragraf 30, jika :
a. Kemungkinan besar manfaat ekonomi sehubungan dengan transaksi tersebut akan diperoleh entitas; dan
b. Jumlah pendapatan dapat diukur dengan andal.
Pendapatan diakui dengan dasar sebagai berikut:
a. Bunga diakui menggunakan metode suku bunga efektif seperti yang dijelaskan di PSAK 55 (revisi 2006): Instrumen keuangan: pengakuan dan pengukuran paragraf 8 dan PA 17-20;
b. Royalti diakui atas dasar akrual sesuai dengan substansi perjanjian yang relevan; dan
c. Dividen diakui jika hak pemegang saham untuk menerima pembayaran ditetapkan.
9    Pengungkapan     Pengungkapan berikut harus dilakukan :
a.    Kebijakan akuntansi yang diadopsi untuk pengakuan pendapatan (revenue) termasuk metode yang diadopsi untuk menentukan tahapan penyelesaian dan transaksi yang terkait dengan penyerahan jasa.
b.    Jumlah dari  setiap kategori dari pendapatan yang signifikan yang diakui selama periode berjalan , termasuk pendapatan(revenue) yang berasal dari:
o    penjualan barang;
o    penjualan jasa;
o    bunga; royalti dan dividen.
c. Jumlah pendapatan yang berasal dari pertukaran barang atau jasa termasuk di dalam setiap kategori pendapatan yang signifikan    Entitas mengungkapkan:
a. Kebijakan akuntansi yang digunakan untuk pengakuan pendapatan, termasuk metode yang digunakan untuk menentukan tingkat penyelesaian transaksi yang melibatkan pemberian jasa;
b. Jumlah setiap kategori signifikan dari pendapatan yang diakui selama periode tersebut, termasuk pendapatan yang berasal dari:
o    penjualan barang;
o    penjualan jasa;
o    bunga;
o    royalti;
o    dividen;
c.    Jumlah pendapatan yang berasal dari pertukaran barang atau jasa yang tercakup dalam setiap kategori signifikan dari pendapatan.
(Sumber Ankarat, 2012 : 117-124) dan (PSAK 23 Edisi Revisi 2009)














BAB IV
KESIMPULAN



KESIMPULAN
Dari pemaparan-pemaparan diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa pendapatan adalah keseluruhan penerimaan dari suatu unit usaha selama satu periode tertentu setelah dikurangi dengan penjualan retur dan potongan-potongan. Maksud penjualan retur adalah pengembalian barang oleh pelanggan karena barang tertentu yang dikirim rusak atau tidak sesuai pesanan. Sedangkan potongan penjualan adalah potongan yang diberikan kepada pelanggan karena pelanggan membayar lebih cepat sesuai dengan waktu yang telah ditentukan untuk mendapat potongan.
Maka dengan demikian pendapatan dapat diakui ketika pada saat penjualan merupakan titik yang menentukan untuk dapat menimbulkan pendapatan yang memenuhi pengertian atau persyaratan dari pendapatan itu sendiri. Saat penjualan dapat dijadikan saat pengakuan karena proses realisasi pendapatan telah terjadi.
Penjualan baru dapat dikatakan terjadi bilamana telah terjadi peralihan hak milik atas suatu barang, akan tetapi peralihan hak milik merupakan masalah yang sangat teknis dan untuk dasar penentuan saat pengakuan dalam prosedur pembukuan pendapatan disarankan untuk tidak terlalu menekankan pada aspek yuridis formal karena kegiatan penjualan itu sendiri terdiri atas rangkaian kegiatan yaitu berupa penjualan yang sifatnya kontinyu.

1 komentar:

  1. Best Bet Casino Sites in Nigeria | Lucky Club
    Find the best online casinos in Nigeria that offer a safe and secure gambling environment. ➤ Choose from our list of ⚽ Top Mobile luckyclub.live Casinos!

    BalasHapus